Desa Mulangsari Gelar Kirab Budaya Hajat Bumi 2025, Usung Tema “Mengenali Kehidupan Lewat Budaya”

Karawang Lensaberita.my.id-Desa Mulangsari, Kecamatan Pangkalan, menggelar acara Kirab Budaya Hajat Bumi 2025 dengan mengusung tema “Mengenali Kehidupan Lewat Budaya”, Jumat (12/12/2025). Kegiatan yang dipusatkan di halaman Desa Mulangsari ini menjadi ajang ungkapan syukur masyarakat sekaligus pelestarian tradisi adat setempat.

Dinas Dispuspar Karawang yang diwakili Kasi Pengembangan Cagar Budaya, Neni Martini, menyampaikan apresiasinya terhadap penyelenggaraan hajat bumi yang masih dijaga oleh masyarakat setempat.

“Desa Mulangsari ini memiliki kegiatan yang sangat baik karena masih mempertahankan adat gotong royong serta penghormatan terhadap bumi. Kita harus menjaga keseimbangan antara kelestarian bumi dan aktivitas manusia, terutama pertanian. Jika lingkungan tidak terjaga, hasil pertanian pun tidak akan optimal,” kata Neni.

Ia menilai warga Mulangsari terlihat kompak dan antusias mengikuti rangkaian kegiatan sebagai bentuk rasa syukur atas berkah alam. Prosesi doa bersama dilaksanakan di makam leluhur Desa Mulangsari, Mbah Malaka, memohon keberkahan bagi seluruh masyarakat.

“Kami dari Disparbud sangat mengapresiasi karena tradisi ini harus terus dijaga. Di dalamnya ada nilai gotong royong, rasa syukur, penghormatan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan kepedulian terhadap lingkungan,” ujarnya.

Selain prosesi adat, rangkaian kegiatan juga akan dimeriahkan oleh penampilan seni dari lima kabupaten/kota di Jawa Barat, khususnya wilayah utara (Kaleran). “Kami mengundang Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi, Subang, Purwakarta, dan tentu saja Karawang. Pada Sabtu malam Minggu, masyarakat dapat menyaksikan penampilan para seniman dari lima daerah tersebut,” tutur Neni.

Terkait pertanyaan mengenai kemungkinan penetapan makam leluhur sebagai Kawasan Cagar Budaya (KCB), Neni menjelaskan bahwa hal tersebut belum masuk tahap kajian formal.

“Untuk penetapan cagar budaya, kami belum sampai pada kajian tersebut. Melihat sejarahnya, situs ini memang memiliki kisah panjang terkait asal-usul desa. Ke depan mungkin bisa dilakukan pengkajian bersama tim ahli cagar budaya. Namun saat ini kami lebih fokus mengapresiasi pelaksanaan hajat bumi,” jelasnya.

Neni menutup dengan menegaskan bahwa pelestarian tradisi lokal seperti hajat bumi merupakan bagian penting dalam menjaga identitas budaya dan memperkuat nilai kebersamaan masyarakat.(ynh)